Kamis, 01 Mei 2008

Proposal Penelitian "Joyfull Learning"

A. JUDUL PROGRAM
     “PENERAPAN METODE JOYFULL LEARNING PADA MATERI PERKALIAN KELAS II DI      MI ROUDLOTUL IKHSAN SUKODONO”
B. LATAR BELAKANG
           Perkalian merupakan pengetahuan awal yang harus dikuasai oleh setiap siswa yang ingin      menguasai bidang ilmu apapun, khususnya matematika. Oleh karena itu, penulis ingin      memberikan sebuah solusi kepada setiap guru dan siswa agar perkalian dapat dipelajari     dengan menyenangkan.
           Padahal kenyataan di lapangan mengatakan bahwa masih banyak siswa Kelas II Sekolah     Dasar baik negeri maupun swasta kurang lancar dalam menghitung perkalian. penulis pernah     bertanya kepada salah seorang anak di suatu Sekolah Dasar Negeri, penulis sangat prihatin     karena pada saat bertanya tentang perkalian, mereka banyak yang kurang menguasai     perkalian dengan baik. Contohnya adalah menghitung 6 x 8 saja sudah sangat “menguras     keringat”.
          Penulis menggunakan metode Joyfull Learning karena dengan menggunakan metode     tersebut siswa diharapkan dapat mempelajari materi perkalian dengan suasana yang     menyenangkan. Banyak siswa saat ini ketika belajar, suasana hati mereka kurang     menyenangkan akibatnya materi yang disampaikan oleh guru banyak yang kurang mampu     dipahami dengan baik oleh siswa.
           Penulis memilih obyek program ini adalah siswa kelas II karena kelas II Sekolah Dasar     merupakan batu pijakan pertama sebelum mereka mempelajari ilmu pengetahuan apapun     khususnya matematika. Lantas mengapa penulis memilih MI Rodlotul Jannah? Karena     berdasarkan penelitian, banyak lembaga pendidikan Islam yang tertinggal dalam bidang     prestasi akademik. Walaupun pada kenyataannya ada juga lembaga pendidikan Islam yang     lebih maju dari lembaga pendidikan negeri atau non muslim.
C. RUMUSAN MASALAH
    Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, penulis menyusun perumusan masalah yaitu :
    1. Faktor apakah yang membuat siswa merasa kurang menguasai perkalian dengan baik? 
    2. Bagaimana metode yang tepat dalam mengajarkan perkalian pada siswa kelas II Sekolah         Dasar?
D. TUJUAN PROGRAM
    Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan program ini adalah :
    1. Untuk mengetahui faktor – faktor yang membuat siswa kurang menguasai perkalian          dengan baik.
    2. Untuk mengetahui metode yang tepat dalam mengajarkan materi perkalian pada siswa          kelas II Sekolah Dasar.
E. HASIL YANG DIHARAPKAN
            Penulis mengharapkan setelah program ini terlaksana, Joyfull Learning dapat diterapkan     dalam mengajarkan Matematika di sekolah - sekolah. Hal tersebut dikarenakan selama ini     matematika menjadi salah satu ilmu yang kurang disenangi oleh sebagian siswa. Selain itu,     penulis juga berharap agar semua siswa Sekolah Dasar menguasai konsep perkalian sebagai     persyaratan utama untuk mempelajari materi selanjutnya dalam mata pelajaran Matematika.
F. MANFAAT PROGRAM
           Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, maka kegunaan dari program ini      adalah :
1. Membantu para guru untuk menghindari faktor - faktor yang dapat membuat siswa kurang menguasai materi perkalian.
2. Membantu para guru untuk menggunakan metode Joyfull Learning secara benar dalam mengajarkan matematika kepada siswa.
G. TELAAH PUSTAKA
1. Pengertian Joyfull L earning
Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Learning) bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung. (Achmad Sapari, 2003)
Ada beberapa definisi tentang Pendekatan atau metode Joyfull Learning:
1. Menurut Paulo Fraire, Joyfull Learning adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi tekanan, baik tekanan fisik maupun psikologis. Sebab, tekanan apa pun namanya hanya akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif.
2. Pendekatan joyfull learning yaitu belajar dengan melakukan, hal ini menuntut kreaktifitas guru dan siswa serta diharapkan anak didik dapat mengembangkan karakter kecintaan belajar yang mudah. (http://www.almuslim.web.idindex.)
4. Joyfull Learning yaitu pendekatan yang dilakukan tahap demi tahap, tak perlu mengejar semua materi  pelajaran, yang penting apa yang dipelajari dapat dipahami, dikuasai dan karena itu  dapat diterapkan dalam hidup. Belajar bukan demi nilai, melainkan demi hidup. (http://www.st-nicholas.com/jhs/index.htm)
5. Joyfull Learning yaitu membuat kelas jadi menyenangkan, jangan monoton. (Bambang Yulianto; http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=281931)
6. Joyfull Learning yaitu suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. (http://www.mbs-sd.org/isi.php?id=4)
7. Joyfull Learning yaitu pendekatan yang dapat membuat siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu, untuk terus belajar. (Yanu Armanto; (http://bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html)
8. Joyfull Learning yaitu pendekatan yang di dalamnya terdapat keterampilan mengajar seperti keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. (Rosmini; http://www.sman2mks.com/content/view/170/)
Dari beberapa makna Joyfull Learning di atas, penulis mencoba untuk mendefinisikan Joyfull Learning. Joyfull Learning adalah pendekatan yang digunakan oleh pengajar dalam hal ini adalah guru untuk membuat siswa lebih dapat menerima materi yang disampaikan yang dikarenakan suasana yang menyenangkan dan tanpa ketegangan.
2. Metode Pembelajaran
Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodologi pengajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran. Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat Bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. (Nur, 1999)
3. Rumah Perkalian
Rumah perkalian merupakan salah satu dari ratusan jenis alat peraga matematika yang ada di Laboratorium Jurusan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Rumah perkalian diciptakan oleh salah satu dosen jurusan Matematika yaitu Drs. Mega Teguh B., M.Pd. Alat peraga ini berfungsi untuk membantu guru dalam mengajarkan materi perkalian. Selain itu alat peraga ini dapat menjadi sarana permaianan yang dapat meningkatkan daya ingat siswa dalam perkalian.



H. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Dalam program ini, penulis ingin mengetahui seberapa jauh siswa MI Roudlotul Jannah meguasai materi perkalian. Untuk mendukung pelaksanaan metode Joyfull Learning, kami menggunakan alat peraga yang dapat membuat siswa atau sumber data menjadi tertarik. Alat yang kami gunakan adalah Rumah Perkalian.
KBM sebelum Joyfull Learning diterapkan
Mengecek pemahaman siswa (pertama)
Memberi soal tentang perkalian
Menerapkan Joyfull Learning dengan menggunakan alat peraga (Rumah Perkalian )
Mengecek pemahaman siswa (kedua)
Memberi soal tentang perkalian
Mengamati perilaku siswa selama KBM berelangsung
Mengamati Siswa Selama KBM berlangsung











Gambar : Model Rancangan Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan program ini adalah MI Roudlotul Jannah. MI Roudlotul Jannah berada di Jl. Raya Ketapang Desa Suko, Sukodono, Sidoarjo
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang kami gunakan adalah data kuantitatif berupa skor siswa sebelum dan sesudah penerapan metode Joyfull Learning.
Sumber data yang digunakan berupa data primer yaitu hasil pengamatan terhadap perilaku siswa pada saat mengikuti KBM sebelum dan pada saat diterapkannya metode Joyfull Learning.

4. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini populasi targetnya adalah siswa MI Roudlotul Jannah, populasi surveinya adalah siswa kelas II MI Roudlotul Jannah serta jumlah sampel sebanyak 10 orang.
5. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini dimaksudkan sebagai cara untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diajukan. Untuk mengumpulkan data-data yang diperoleh sesuai dengan tujuan tersebut, penulis menggunakan berbagai teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi / Pengamatan
Ditinjau dari kapan terjadinya observasi, observasi yang kami lakukan adalah Observasi Langsung. Ditinjau dari perangkat dan materi yang diamati, observasi yang kami lakukan dalah Observasi Sistematik. Ditinjau dari peran observernya, observasi yang kami lakukan adalah Observasi Non_partisipan.
b. Tes Obyektif
Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif Tes obyektif yang digunakan adalah tes isian (Completion Test)
c. Dokumentasi
Dokumentasi berupa buku-buku mata pelajaran Matematika.
6. Analisis Data
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif. Tahap analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tahap pertama, yaitu pemberian skor pada tiap jawaban. Masing-masing jawaban diberi skor tertentu yaitu lima untuk jawaban yang benar dan nol untuk jawaban yang salah. Dengan demikian skor terendah adalah nol dan skor tertinggi adalah lima.
b. Tahap kedua, yaitu data berdasarkan tes diolah dengan menggunakan prosentase dari seluruh siswa (10 orang).
c. Mengulangi tahap a dan b untuk jawaban sesudah pelaksanaan metode Joyfull Learning.
Dari distribusi jawaban masing-masing kelompok tersebut dapat dihitung mean skor sebelum dan sesudah. Melihat besarnya perbedaan mean skor sebelum dan mean skor sesudah, dapat dilihat apakah suatu pernyataan mempunyai daya beda yang tinggi atau sebaliknya.
7. Sensitivitas Butir Tes
Peneliti menggunakan tes obyektif (sebelum dan sesudah pelaksanaan Joyfull Learning) sebagai instrumen untuk mengumpulkan data, maka dilakukan analisis sensitivitas butir tes obyektif untuk mengukur efektifitas KBM sebelum dan sesudah pelaksanaan metode Joyfull Learning. Untuk analisis sensitivitas butir tes obyektif digunakan rumus : (Arikunto, 2003)


M. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan, 1997. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara.
Nur, Mohamad. 1999. Pengantar Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas. Surabaya.
Sapari, Achmad. 2003. Pendidikan dan Sensitivitas Guru yang Kreatif. (http://www.kompas.com/pakem/2003/Desember/ htm, diakses 20 Mei 2007).
Nasutiondan, Muslimin dan Nasution, Buchori. 2007. Tentang Yayasan al muslim. (http/www.almuslim.web./idindex.phpoption=com_content&task=view&id=5&Itemid=26&PHPSESSID=798625403e2a68a3f2b0354ed7e0ac3a, diakses 12 Juni 2007)